Setiap hari aku melewati sekolah
Saat itu aku merasakan keraguan
Potongan waktu bertemu dengan pendekar pulpen
Keresahanku muncul saat tumpukan-tumpukan berkas berserak
Di atas alas kayu
Kesepian telah melayang di pikiran
Sesaat hujan membasahi tubuh
Tumpukan kaki tak kuat melangkah
Tak apa, ratusan kepala menanti
Dalam ruangan berisi harapan
Karawang, 2022.
Perjalanan

Perjalanan berbekal harapan
Ramalan petang menjalar di tepi awan
Kabut menumpuk bagai angan
Perempuan itu menguatkan diri
Menata mimpinya sambil memeluk diri
Meniup serpihan cercik api
Menerka bayangan sepi
Di tengah kebebasan lalu pergi
Karawang, 2022.
Serpihan Bumbu

Sinar itu tenggelam dalam diam
Kau turun menuju singgahan
Memulai dekapan dengan pisau
Hingga bercampur dalam wadah
Melewati bagian-bagian sajak
Yang tertinggal dalam bumbu
Serbuk-serbuk itu melayang
Menyala sambil membara
Berkumpul dalam satu raung, bagai sajak-sajak tak tersusun
Karawang, 2022.
Perempuan Bertopi

Lapisan aroma khas muncul
Roda dua tiba sambil bersuara
Perempuan bertopi itu memanggil
Dengan alunan nada “ting-ting”
Berhenti tepat pada besi bergaris hitam
Kuning kunyit mewarnai jari-jari mungil
Ramuan itu membungkus kesembuhan
Dari jiwa yang penuh harap
Tampak pahit rasanya
Namun memaksa dituangkan
Dalam wadah kecil penuh ketenangan
Karawang, 2022.
Arah

Perempuan menari dalam tawa
Menyanyi dalam duka
Tertatih mengangkat langkah
Setelah jatuh berjalan
Hening kudengar malam
Hanya terdengar isak tanya dalam gelap
Apakah takdir seorang perempuan?
Mengalah dengan kebiasaan
Hendak dibawa ke mana arah ini
Menari atau bernyanyi
Dalam ruang dan sepi
Karawang, 2022.
Peserta Lomba Cipta Puisi Nasional 2018.
- Tumpukan Berkas - 9 Mei 2023