Saat Hujan Turun di Sore hari

Sumber Gambar: Pexels.com/Khoa Võ

Hujan tak pernah datang tanpa aba-aba. Kehadirannya selalu memberikan tanda-tanda; Kelabu, haru dan pilu. Kepergiannya tak hilang begitu saja. Seberkas kenangan hingga genangan tak lupa ia tinggalkan. Bahkan, apapun yang akan menciptakan pelangi setelahnya.

Hujan bisa membuat seseorang tenang dengan gemerciknya. Membuatnya tersipu, sebab kenangan indah sesekali muncul tanpa diduga. Hujan akan membuat seseorang menunggu hingga pekerjaan usai. Menatapnya gelisah saat orang di rumah telah menunggunya dengan resah.

 Hujan mampu menghadirkan banyak keinginan yang terkadang tidak ada di benak orang dewasa. Menembus ratusan tetes air dengan penuh bahagia. Anak-anak bersorak ramai merebutkan bola kaki menuju gawang. Remaja wanita berselancar ria di teras sekolah hingga berenang di kolam genangan.

Di dalam balutan selimut tebal seseorang merintih pedih, meringis sakit sebab hujan mengingatkannya pada kenangan pahit yang tak kunjung reda. Bahkan, hujan menjelma di pelupuk mata dan pipinya yang merona.

Seorang remaja mengumpat dengan kesal. Menyesal sebab ia tidak bisa menyentuh dinginnya air hujan. Setiap tetes yang menyenangkan tak boleh ia dapatkan setelah peristiwa demam yang panjang.

Berbeda dengan Si Santai. Begitu asyiknya bersiul menuju dapur. Memasak mie instan, menyantapnya penuh perasaan sembari mengingat kenangan manis tempo hari bersama kawan. Tak lupa musik Carpenters mengalun merdu dan sopan mengisi ruangan.

Sebagian yang lain merasa tenang karena hujan merangkulnya dengan hangat, menutup telinganya yang bising dengan syahdunya air hujan. Segelas kopi panas mengepul di meja kerja yang sesekali di seruput dengan kedua mata tak lepas dari siaran Netflix pekan ini.

Di sisi lain, hujan menemani makhluk-makhluk Tuhan yang sedang asyik bertukar cerita melalui sosial media. Berkirim emoji sesuai  mood yang sedang mereka rasakan, hingga bunga mekar di kamar mereka. Di waktu tertentu, hujan akan membuat seorang penulis tak pernah kehabisan kata. Setiap tetes air yang turun menjadi ide-ide yang tertuang menjadi kalimat indah bermakna.

Aku tidak tahu hujan akan reda hingga kapan. Bagiku hujan adalah sosok yang dinantikan; Pelangi yang didambakan sampai ia datang. Memandangi hujan di kursi lewat jendela begitu menenangkan. Kemudian, menuliskannya pada lembar-lembar perjalanan masa depan. Menuliskan tentang kamu yang sedang memikirkan kenangan. Meski aku tahu bukan aku yang ada di dalamnya.

Semoga hujan tak menghentikan harapan-harapan yang sedang kita langitkan. Setidaknya ia akan menghentikan perjalananmu, lalu berteduh di kanopi yang sama denganku. Walaupun tidak satu arah, barangkali kita satu tujuan.

Selamat menikmati hujan.

Fatimah
Latest posts by Fatimah (see all)