BUNTU

Sahut petir mengetuk jendela
Menyingkap cahaya remang menjelang petang
Ia masih saja duduk melipat kaki
Di pojok kamar memeluk lutut
Tatapan nanar mengarah ke bilik sebelah
Ia tertawa lepas di kesunyian
Merayakan duka cita
Seraya menyanyikan lagu kematian
Tasikmalaya, 2022
RATAP

Tiga kali memeluk langit
Tiga kali pula ia jatuh sakit
Digenggamnya sekuntum harap
Garis tangan tak kunjung berpihak
Hei, Pak Tua !
Sudahlah !
Petang membayang
Letih mengangkang
Mayat hidup dengan nyawa
Bukan air mata !
Tasikmalaya, 2022
REHAT

Sayap mana yang patah, Tuan ?
Bukankah sebelum petang kau simpan rapi di lemari ?
Esok lusa, kau pakailah lagi !
Lagi pula, udara sedang bersusah hati
Mengapa kau tidak menepi
Sejenak tak apa kan ?
Tasikmalaya, 2022
KARAM

Lapor, Kapten !
Kapal telah karam di separuh pelayaran
Mata angin enggan memberi jalan
Nahkoda di pikiran mengajak diam
Tenggelam,
Menaksir karang
Tasikmalaya, 2022
LUPUT

Keresahan menumpuk di pelipisnya
Ada pesan yang harus sampai
Merpati tak ingin dibunuh tuan
Sial, semua tak dituai dalam satu hentakan
Tasikmalaya,2022
- Mengapa Perpustakaan Sekolah Sepi Pengunjung? Mungkin ini Alasannya - 22 Juni 2023
- Media Sosial Sebagai Media Dakwah Kawula Muda - 4 Juni 2023
- Puisi-Puisi Faiz Fathussalam Vol.7 - 17 Mei 2023