Para Siswa yang Antusias Menyambut Biksu Ada Manfaatnya

Sumber Gambar: Pxfuel.com

Menjelang hari raya waisak, rombongan Biksu asal Thailand melakukan perjalanan jauh ke Candi Borobudur. Mereka melewati dari tempat ke tempat dengan kakinya yang kuat. Dari perjalanan tampak masyarakat menyambut ramai dengan meriah. Salah satunya para siswa dari berbagai sekolah menyambutnya dengan baik dan toleran.

Tradisi ini dinamakan Ritual Thu Dong, yaitu suatu kegiatan dimana para biksu (Bhante) berkeliling  ke tempat suci untuk membersihkan pikiran dan hati. Dikutip dalam situs Kementerian Agama Republik Indonesia, Bhante Dhammavuddho menjelaskan bahwa Thudong adalah tradisi yang sudah dilakukan sejak dahulu. Dari zaman Sang Buddha, belum adanya vihara, serta belum ada tempat tinggal untuk para Bhante. Oleh karena itu, Sang Buddha memberikan kesempatan untuk tinggal di hutan, gunung atau gua.

Namun terlihat dari berbagai media sosial banyak melontarkan komentar-komentar negatif dan tidak jelas. Kebanyakan warganet Indonesia memberikan pesan komentarnya tanpa mencari tahu alasan Ritual Thu Dong dilakukan. Padahal secara agama, para Biksu melakukan ritual ini sebagai perwujudan ibadah. Seperti dalam agama Islam melakukan kewajiban berpuasa saat bulan ramadhan.

Dari nyinyiran warganet mungkin juga tertuju pada masyarakat Indonesia yang menonton di sepanjang jalan raya untuk merekam perjalanan para biksu. Selain itu, para siswa sekolah dasar juga ikut serta dalam menyambutnya. Inilah alasan warganet mempertanyakan untuk apa mempertontonkan para Banthe, sedangkan seorang siswa bukannya belajar tetapi membuang waktu untuk melihat dan menyambut kegiatan ritual Thu Dong tersebut.

Salah satu komentar yang heboh di akun instagram @PekalonganInfo, terlihat video tersebut sangat ramai oleh masyarakat yang berkumpul di pinggir jalan untuk menyambut para Biksu.

“Orang masih sekolah malah disuruh menghadang biksu, pantas saja SDM Indonesia bobrok, dan IQ-nya turun se-asia,” ujar warganet.

Selain itu ada juga yang menganggap bahwa penyambutan tersebut merupakan berlebihan dalam toleransi dan ada pula mempertanyakan untuk apa para Biksu dikawal dengan ketat.

Semua komentar yang dilontarkan ada sisi baiknya. Setiap perbedaan pendapat pasti ada hasil maksudnya. Faktanya indonesia memang tergolong rendah dalam SDM-nya. Namun kegiatan yang dilakukan para guru untuk mengajak siswanya dalam menyambut para biksu itu sudah termasuk ilmu. Apalagi sisi positifnya mereka (siswa) akan mengetahui bahwa inilah perwujudan bhineka tunggal ika dalam Indonesia.

Indonesia tergolong memiliki perbedaan dalam beragama. Untuk itu setiap siswa perlu mengetahui ibadah dari setiap agama. Namun mengetahui bukan berarti mengikuti. Tetapi sebagai sarana pengetahuan setiap manusia agar dapat memahami dari suatu ibadah agama yang lain.

Dalam lontaran kata berlebihan dalam toleransi mungkin itu salah. Berlebihan dalam toleransi merupakan sikap toleran yang kebablasan yang seharusnya sekedar mengetahui, tapi cenderung melakukan hal yang diyakini oleh agama lain. Maka sebuah penyambutan bukan termasuk berlebihan dalam toleransi. Dengan begitu penyambutan para Biksu merupakan sebuah perwujudan para warga dalam menghargai perbedaan beragama.

Di sosial media, tidak selamanya komentar seseorang dapat memberikan sisi positif. Mereka berhak memberikan pendapatnya dalam berkomentar. Namun kalau memang ada komentar yang membuat rusuh maupun bertolak belakang. Kedepannya dapat tertib dalam berkomentar, cukup menengahi dan menerima atas pendapatnya.

Berikut 3 cara untuk menanggapi komentar yang jahat, menanggapi dengan cara halus, jika menentang cukup menerima komentar tersebut, dan Intropeksi diri untuk menghargai perbedaan pendapat.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah sepatutnya mengerti bahwa indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dari makna tersebut tahu walaupun berbeda agama, ras, dan suku harus selalu satu jua. Dan perbedaan pendapat itu wajar, setiap pendapat dapat diterima dan ditolak. Namun, syarat yang khusus setiap berkomentar perlu menyaring dan mengetahui kenyataan serta utama mengetahui arti dari topik pembahasan. Dan wujudlah indonesia yang dapat menghargai peran seseorang dan tidak akan menciptakan kekerasan.***

Muhammad Arsyad Al-Kadafi
Latest posts by Muhammad Arsyad Al-Kadafi (see all)