Merebut Kemerdekaan Dari Jajahan Wabah

Ilustrasi. Nyarita.com
Ilustrasi. Nyarita.com

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 masih terus diberlakukan oleh Jokowi sampai tanggal 16 Agustus 2021. PPKM yang terus diperpanjang sejak 11 Januari 2020 masih terus menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Pasalnya, masyarakat, terkhusus para pegiat usaha mikro merasa geram dan kesal dengan adanya kebijakan PPKM yang terus-terusan diperpanjang. Akibatnya, mereka jadi kehilangan pekerjaan juga mata pencaharian.

Protes lain yang datang dari masyarakat tak hanya datang dari pegiat usaha mikro saja. Tapi juga dari para pegiat pendidikan. Baik guru, siswa, maupun wali murid atau orang tua. Mereka mengaku sudah terlalu kesal menunggu selama ini untuk kembali memulai pembelajaran di sekolah ataupun di kampus. Meski, Nadiem Anwar Makarim sebenarnya sudah mengungkapkan bahwa sejak awal tahun 2021 sudah ada beberapa sekolah yang sudah mencoba menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, dengan mengutamakan kehati-hatian dalam menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Nadiem mengungkapkan juga bahwa pada PPKM level 4 terakhir sampai tanggal 16 Agustus ini pembelajaran di tahun ajaran baru 2021/2022 bersifat dinamis dengan mengacu pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Maksudnya, satuan pendidikan harus memperhatikan zona wilayahnya sendiri dalam melakukan pembelajaran di sekolah. Bagi satuan pendidikan yang masuk dalam daerah level 1 dan 2 sudah dapat memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, dengan memperhatikan protokol kesehatan serta menyediakan fasilitas sanitasi di sekolah. Sementara untuk daerah yang berada pada level 3 dan 4 masih harus melakukan Pembelajaran secara Jarak Jauh (PJJ).
Kebijakan pemerintah perihal PPKM ini masih terus menuai pro kontra di tengah masyarakat hingga saat ini. Akibat dari protes yang datang pun beragam. Namun, jelas semuanya karena merasa dirugikan.
Buntut dari pro kontra tersebut, beberapa kasus bentrok antara aparat dengan masyarakat pun sempat terjadi di beberapa kesempatan. Banyak pedagang yang beradu mulut dengan aparat kepolisian saat hendak diperingati perihal pemberlakuan PPKM. Hingga kasus pelanggaran HAM pun sempat terjadi akibat dari pro kontra tersebut.
Alasan lain yang cukup kuat mengapa masih banyak masyarakat yang menolak adanya kebijakan PPKM tersebut adalah hilangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah setelah kasus korupsi dana bansos yang dilakukan oleh beberapa bagian dari kemensos (Kementerian Sosial). Akibatnya, masyarakat menganggap bahwa pemerintah seolah-olah sedang menolong rakyat dengan memberlakukan PPKM, tapi ternyata membunuh secara kejam dan perlahan dengan menekan laju mata pencaharian.
Melihat hal-hal tersebut, Jokowi pernah mengatakan pada video yang diunggahnya di IGTV dalam akun Instagram miliknya. Di sana beliau menjanjikan bantuan sosial perlu dipastikan sampai secara menyeluruh pada seluruh masyarakat yang terdampak atau kehilangan mata pencaharian akibat adanya Covid-19.
Selain dari hal-hal di atas. Masalah lain yang membuat pro kontra timbul terus menerus adalah karena kurangnya pemahaman masyarakat akan semua kebijakan pemerintah juga terhadap wabah dan cara pencegahannya. Juga masalah hoax yang masih terus semakin lebih jahat di tengah wabah ini, membuat pemahaman masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah masih banyak yang tak percaya bahkan, pada adanya wabah yang sudah terjadi jauh sebelum 2021 ini.
Dari pro kontra serta polemik yang terjadi pada saat ini. Kita bisa melihat betapa Indonesia sedang berjuang menuju kemerdekaan. Menjelang perayaan hari kemerdekaan tahun 2021 yang ke-76, akankah kita merdeka dari pembatasan sosial, krisis ekonomi akibat wabah, kasus positif covid, kasus kematian akibat virus, dan saling menyalahkan?
Bila melihat pada momentum sakral yang akan dihadapi, kekhawatiran perihal perayaan hari kemerdekaan yang masih dibatasi dirasa akan terjadi. Pasalnya, pemerintah kembali memperpanjang PPKM level 4 hingga tanggal 16 Agustus 2021. Maka dapat dipastikan, setidaknya harapan untuk merayakan perayaan hari kemerdekaan tahun ini akan kembali dibatasi seperti pada tahun sebelumnya.
Kemudian, bila melihat pada perjuangan bangsa kita dulu, Indonesia saat ini, nyaris persis sedang dijajah dan sedang memperjuangkan kemerdekaan seutuhnya. Di mana semua lini, semua elemen, semua bidang, bersatu padu dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Perang nyata selama lebih dari 300 tahun melawan senapan hebat Belanda, juga rudal-rudal Jepang setidaknya bisa menjadi acuan untuk kondisi bangsa saat ini dalam menghadapi wabah yang sudah berjalan sangat begitu lama, khususnya di Indonesia. Bedanya, kini negeri ini sedang dijajah makhluk tak kasat mata. Terhitung sudah, ribuan rakyat mati terkapar berjajar di TPU. Nyatanya, kita masih belum menang, menjelang hari kemerdekaan tahun ini. Kita masih terus-terusan diserang keruwetan perihal ekonomi, masih dibunuh secara cepat oleh wabah, dan masih ditikam oleh keegoisan untuk menyalahkan.
Solusi untuk melawan wabah telah dilakukan sejak awal masuknya wabah tersebut ke Indonesia. Dimulai dari pembatasan kegiatan berskala kecil sampai sebesar sekarang. Pemberhentian kerumunan telah dilakukan jajaran aparat kepolisian selama satu tahun penuh. Pemberlakuan perilaku baru atau new normal juga sudah diberlakukan. Fasilitas kesehatan serta giatnya tenaga medis telah begitu masif. Hingga, program vaksinasi untuk menekan laju penyebaran wabah juga telah dianjurkan.
Semua solusi yang ditawarkan pemerintah adalah strategi perang untuk melawan wabah. Semua warga sipil yang selayaknya tak bertugas untuk menghadapi perang, memang harus selayaknya berdiam diri terlebih dahulu di rumah. Biar aparat kepolisian, tenaga medis, dan jajaran pemerintahan yang berdiri paling depan dalam mengatasi hal ini.
Namun kemudian, lagi-lagi sifat saling menyalahkan serta saling tak peduli pada orang lain inilah yang membuat persatuan bangsa ini nyaris tak terlihat. Padahal bila semuanya berjalan dengan baik, perayaan hari kemerdekaan pun akan berjalan sebagaimana biasa. Ramai serta penuh dengan semangat nasionalis.
Pemerintah yang tak hanya menjanjikan ekonomi bangkit serta menjamin pangan di saat PPKM harus benar-benar menepati janjinya. Tenaga medis yang harus selalu siap dalam mengobati korban perang serta memberi kekuatan bagi seluruh masyarakat dengan program vaksinasi. Masyarakat pegiat usaha mikro, pemuka agama, tokoh masyarakat, pelajar, serta yang lainnya harus terus mematuhi protokol kesehatan yang seharusnya.
Dengan begitu, persatuan akan terjalin. Semua tugas dan peran akan dilakukan sebagaimana mestinya. Wabah ini akan segera kalah. Kita bisa merayakan hari perayaan kemerdekaan dengan sebenar-benarnya merdeka, dari keegoisan. Jadi, bilamana kebijakan PPKM masih berlangsung, kita semua bisa saling bergotong royong dalam memerdekakan Indonesia dari wabah. Ini sudah terlalu lama, kita sudah lebih pintar dan modern, bangsa kita dulu lebih dari 300 tahun dijajah, karena sudah merasa terlalu bosan, akhirnya mereka terus-terusan melawan dengan persatuan. Mari saling membantu, saling mengerti, dan kuatkan persatuan. Apa tidak bosan?