Membaca Isyarat Adegan Badai Kemungkinan dalam Film Ant Man Quantumania

Sumber Gambar: Wikimedia.org

Jika kalian mengira ini adalah sebuah review film, kalian salah besar! Saya tidak akan mengulas film ini secara keseluruhan. Hanya ada satu adegan saja yang akan dikupas dalam tulisan ini.

Adegan tersebut adalah ketika Scott Lang (Ant Man) menerobos ke inti energi kapal Kang (tokoh antagonis dalam film tersebut). Ketika menyaksikan adegan tersebut, ekspresi saya melongo karena ada something yang lewat begitu saja dalam pikiran. Adegannya tidak lama, mungkin hanya sekitar 7 sampai 10 menit. Namun, begitu membekas dalam pikiran saya.

Sampai, pada akhirnya saya memutuskan untuk menuangkan ini dalam sebuah tulisan. Tujuannya, mungkin tidak lebih dari sekedar untuk mengabadikan hal-hal yang pernah penulis pikirkan. Tulisan ini akan membahas satu adegan dari perspektif yang mungkin liar. Jujur, saya juga tidak tahu dari mana wahyu ini datang. Padahal, kaitannya tidak terlalu besar dengan film Quantumania.

 

Adegan badai kemungkinan

            Sebelum membahas lebih lanjut mengenai makna yang saya pikirkan, akan lebih baik untuk mendeskripsikan terlebih dahulu adegannya. Tersebab film ini termasuk dalam genre sci-fi, maka banyak dalam film ini yang masuk pada ranah fisika. Salah satu di antaranya menyinggung realitas ruang dan waktu. Bersinggungan dengan itulah adegan badai kemungkinan ini.

Badai kemungkinan adalah sebuah fase ketika si Ant Man ini melihat kemungkinan lain dari realitas dirinya. Setiap kemungkinan dari dirinya digambarkan dengan tubuh yang baru. Kemungkinan akan bertambah banyak setiap dia bergerak.

Pada awalnaya, Scott Lang melihat dirinya yang lain. Tubuh itu seolah membelah dari dirinya. Kemudian, si diri yang lain ini bertanya pada Scott Lang yang asli dengan gaya dan susunan kalimat persis sama.

Kemudian, dia bergerak, dan jadilah kemungkinan yang lain, terus begitu. Semakin banyak dia bergerak, semakin banyak pula tubuh yang muncul. Namun, setiap kemunculan kemungkinan yang baru, suasana menjadi semakin kacau. Bahkan, sampai muncul kemungkinan Scott Lang yang masih memakai seragam pelayan.

Pada intinya, dalam adegan ini kita diperlihatkan bahwa setiap kita punya beberapa kemungkinan. Misalnya, ketika di masa lampau kita mempunyai beberapa pilihan; A, B, C dan D misalnya. Dulu pilihan yang kita pilih adalah A. sehingga, jadilah realitas kita yang sekarang. Jika kita memilih pilihan B, ceritanya akan berbeda. Dan, kemungkinan kita akan menjadi pribadi yang lain.

Untuk lebih memperjelas. Saya akan berikan analogi. Begini contohnya,  Dulu ketika kita lulus SMA, kita dihadapkan pada dua pilihan; kuliah atau bekerja. Katakanlah kita memilih untuk kuliah. Karena itu, kita sekarang menjadi mahasiswa. Nah, menjadi seorang karyawan adalah kemungkinan lain dari diri kita.

Kurang lebih seperti itu, kembali lagi ke adegan badai kemungkinan. Scott Lang tidak mudah menghadapi badai kemungkinan ini. Setiap kemungkinan bersikeras bahwa mereka adalah yang asli. Setiap dirinya mempunyai ego dan keyakinan. Semua kemungkinan itu  bersikeras bahwa masing-masing dari mereka adalah versi yang terbaik dari Scott Lang.

Akhirnya, bertempurlah mereka. Kekacauan terjadi. Saling pukul, saling menghatam dan menabrak, saling ejek juga saling mendebat. Semuanya berkelahi, kekacauan tidak terelakan lagi, Scott Lang kebingungan, apa yang harus ia lakukan untuk melerai. Semua cara telah ia coba. Namun, nihil, mereka tetap saja berkelahi.

Sampai Scott Lang menyadari sesuatu, ternyata ada sebuah kesamaan dari semua versi dirinya; kecintaan terhadap Cassie (anaknya) yang melebihi apa pun. Setelah menyadari hal itu, Scott Lang asli berteriak pada seluruh kemungkinan “semua ini demi Cassie, ayo lakukan bersama-sama !” Setelah teriakan tersebut, kekacauan berakhir dan mereka saling membahu untuk menjalankan misi Scott Lang asli.

 

Musuh terbesar adalah diri sendiri

            Jika diamati dengan seksama, kekacauan yang Scott Lang hadapi dalam badai kemungkinan tadi adalah dirinya dalam versi yang lain. Sialnya, semuanya menjadi musuhnya. Semuanya bertentangan satu sama lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, hal demikian sering kali terjadi. Kita sering bertentangan dengan diri sendiri. Setidak-tidaknya dalam alam pikir serta alam bawah sadar kita. Sering kali, batin kita berperang; antara akal dan hati, antara kebutuhan dan keinginan atau bahkan, antara sifat malaikat dan sifat setan yang kita miliki (bukankah setiap kita mempunyai setan masing-masing?).

Lalu, ketika Scott Lang memilih untuk berteriak dan menyuarakan hal yang sama di antara mereka. Semua kemungkinan tersebut berdamai dan memilih untuk bekerja sama satu sama lain. Isyarat yang kuat dalam adegan ini adalah, untuk dapat melangkah dan berhasil, kita perlu mengalahkan musuh terbesar kita, diri sendiri.

Jika saja setiap kita bisa berdamai secepatnya dengan diri sendiri. Meruntuhkan ego, nafsu dan hal negatif yang ada dalam diri kita. Maka, keberhasilan adalah sebuah bayaran yang akan selalu pantas. Oleh karenanya, rasa-rasanya tidak berlebihan untuk menyebutkan bahwa musuh terbesar setiap kita adalah diri kita sendiri.

Nurul Hidayah