Alim adalah rupa pahatan yang diimpikan
Waktu adalah tempat memahat
Gumpalan ilmu adalah alatnya
Dan malas adalah hantu yang dilawan.
Hari-hari aku lipat dengan semangat
Melahap bilah-bilah buku beralun ilmu
Menyinggahi madrasah yang setia menungguku
Sementara bosan dan malas aku jadikan musuh.
Ya Rob, jinakan ilmu-ilmu di kepalaku
Indahkanlah hasil pahatan waktuku
Demi cahaya alim menerangi gelapnya manusia
Itulah pintaku saat memahat waktu.
Pandeglang, 2023.
Mantra Kopi

Kau adalah candu
Kau primadona bagiku
Lidah gusar dan menggerutu
Jika tidak dibelai lembutnya sentuhanmu.
Pagi, siang, atau pun malam
Bahkan dikala nestapa
Aroma dan rasamu adalah mantra
Penghilang pahit dan luka kehidupan.
Secangkir kopi adalah untaian kata sakti
Bagi kepala yang ditumbuhi belukar lara
Meneguknya hadirkan solusi dan harapan
Pandeglang, 2023.
Acuhkan Pagi

Kabut-kabut bersahut dan menusuk mereka
Yang berkawan dingin setelah 2 rakaat
Menembus gugusan embun menolak malas
Demi mendulang sesuap nasi untuk anak istrinya.
Merdunya rayuan dingin memeluk malasku
Membelai mataku membuat terpejam
Kawanan burung bersiul nyanyikan lagu pagi,
Pancarkan semangat menyambut rezeki
Sementara aku menikmati indahnya mimpi pagi.
Mentari tampak sinis memandangku
Ayam jago bersorak mencemoohku
Jam dinding geram bukan kepalang dan mengingatkan:
“Bangunlah! pemalas ini sudah siang “
Telingaku bergeming tidak peduli
Dan selimut semakin kencang mendekap raga ku.
Pandeglang, 2023.
- Memahat Waktu - 28 Mei 2023
- 8 Bentuk dari Sikap Self Love yang Bermanfaat Untuk Diri Sendiri - 18 Maret 2023
- Ditelan Debu Kepalsuan - 5 Maret 2023