Peradaban manusia saat ini telah memasuki masa dimana hampir semua tatanan kehidupan yang ada di masyarakat bisa diakses lebih mudah, lebih instan, dan lebih praktis. Dimulai dari alat komunikasi, transportasi, hingga alat-alat untuk menanak nasi, semuanya ditunjang oleh kecanggihan teknologi. Masa ini adalah masa yang dinamakan dengan masa modernisasi.
Seandainya kita hidup di dua abad yang lalu, di masa dimana mengirim pesan harus melalui surat yang sampainya harus berminggu-minggu. Namun, hari ini siapa sangka kita bisa mengirim pesan hanya dengan satu ketikan tangan. Di masa lalu, anak-anak rantau perlu berbulan-bulan untuk meretas rindu kampung halaman. Namun, hari ini siapa sangka rindu bisa diobati hanya dengan menatap layar kaca.
Kecanggihan teknologi terutama di bidang komunikasi sangat membantu dan memudahkan kehidupan manusia saat ini. Mulai dari akses informasi, percakapan, pengetahuan, hingga hiburan bisa didapat hanya dengan satu genggaman tangan. Dalam hal ini media sosial menjadi salah satu platform yang paling digandrungi, terutama oleh kawula muda. Hari ini kita mengenal canggihnya Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, hingga Telegram.
Terlepas dari segala kecanggihan dan kemudahannya, media sosial memiliki sisi hitam yang sampai saat ini belum terselesaikan. Platform tersebut seolah menjadi media untuk saling beradu popularitas, beradu eksistensi, menggoreng isu, menjatuhkan yang tak sejalan dan mencari pembenaran untuk saling menjatuhkan. Ditambah dengan maraknya perjudian, peretasan, penipuan hingga maraknya wanita tunasusila yang dengan bangga menjajakan auratnya.
Siapa yang harus berperan mengatasi ini semua jika bukan anak muda. Sebab generasi muda adalah sosok yang paling dekat dengan sosial media, sosok yang paling mengerti dengan dunia maya, para pemegang kontrol sosial dan agen perubahan.
Lantas, dari mana pemuda bisa memulai ini semua? Haruskah para pemuda terjun langsung ke Menkominfo untuk memblokir semua situs yang membahayakan? Tidak juga. Semuanya bisa kita mulai dari akun kita sendiri.
Kita ambil contoh fasilitas yang disajikan oleh Instagram. Misalnya seperti reels, feed infografi, dan live streaming yang selalu menjadi fitur paling diminati para pengguna platform tersebut. Nah, sebagai agen perubahan tentu generasi muda jangan hanya menjadikan Instagram sebagai media hiburan saja, tetapi dengan Instagram inilah kita bisa bermanfaat dan berdampak.
Caranya cukup sederhana dan beragam. Kita cukup memanfaatkan fitur-fitur yang terdapat di sosial media untuk memberikan informasi dan inspirasi ke publik. Tetapi, konten yang disajikan diusahakan harus terfokus pada suatu masalah yang ingin dibahas. Misalnya, jika dari awal konten yang kita buat cenderung pada masalah pemberantasan hoax, maka di konten-konten berikutnya pun kita bahas hal serupa. Tujuannya adalah supaya para pembaca tahu bahwa konten yang kita buat fokusnya di masalah tersebut.
Dengan fitur-fitur yang lebih instan membuat kawula muda tidak susah payah lagi membuat konten-konten positif sebagai media dakwah. Apalagi, fitur yang disajikan hari ini cukup digandrungi oleh masyarakat. Tinggal bagaimana kita mengemas dakwah tersebut supaya lebih menarik perhatian si pembaca atau penonton dan tentunya lebih mudah dipahami.
Hari ini, sudah banyak kita jumpai akun-akun yang menyajikan konten-konten singkat melalui reels, dan semacamnya. Meskipun video-video tersebut berdurasi singkat, tetapi isi dari dakwahnya benar-benar bisa sampai karena didesain lebih menarik. So, konten apapun yang kita buat, tulisan atau postingan apapun yang kita unggah tentunya harus bisa menjadi manfaat bagi orang banyak.
Selain melalui konten, anak muda juga bisa ikut andil dalam memberantas konten-konten negatif yang bertebaran di media sosial, seperti iklan judi online, iklan minuman keras, juga konten-konten yang menjurus pada tindakan-tindakan pornografi. Bagaimana caranya? kita bisa ikut andil dengan memanfaatkan fitur “Lapor” yang terdapat di media sosial. Biasanya ini bertujuan untuk memblokir konten-konten atau akun-akun yang memang tidak pantas. Semakin banyak yang memblokir, semakin besar pula pihak media sosial untuk memblokir akun tersebut. Meskipun yang namanya konten negatif itu tidak akan ada habisnya, setidaknya dengan kampanye pemberantasan tersebut, kita sudah ber-amar ma’ruf nahi munkar untuk kemaslahatan bersama.
Media sosial memang media hiburan. Tetapi tidak sedikit dari masyarakat kita mendapatkan pengaruh entah baik ataupun buruk dari media sosial. Selayaknya pisau, ia akan baik jika digunakan pada hal-hal yang baik, dan akan menjadi petaka jika digunakan pada yang semena-mena. So, bijaklah bermedia sosial, tebarkan manfaat, tebarkan maslahat, and let’s growing up.
- Mengapa Perpustakaan Sekolah Sepi Pengunjung? Mungkin ini Alasannya - 22 Juni 2023
- Media Sosial Sebagai Media Dakwah Kawula Muda - 4 Juni 2023
- Puisi-Puisi Faiz Fathussalam Vol.7 - 17 Mei 2023