
Seperti sama-sama telah kita ketahui, dalam gelaran KKT G-20 terdapat beberapa hal yang justru menjadi sorotan padahal diluar konteks dari esensi gelaran tersebut. Salah satunya adalah sorotan yang diberikan terhadap Ibu Negara Korea Selatan, yakni Kim Keon Hee.
Kim Keon Hee disorot oleh banyak orang dari Indonesia khususnya, karena paras serta penampilannya yang begitu stylish dan terlihat begitu muda. Padahal setelah diselidiki ternyata Kim telah berusia lebih dari 50 tahun. Namun usia hanyalah angka baginya, usia senja tersebut tak membuatnya serta-merta terlihat menjadi wanita tua. Justru dalam usia senjanya itu, Kim nyaris berhasil menipu semua orang karena paras cantik dan penampilan mencoloknya.
Dalam hal ini pula, justru terdapat sebuah kasus pelecehan nama baik yang ditujukan pada Ibu Negara Republik Indonesia, yakni Iriana Jokowi. Hal itu adalah ketika dua orang tak dikenal, dalam sebuah cuitan twitternya mengatakan bahwa Iriana Jokowi diumpamakan seperti seorang pembantu, sedangkan Kim Keon Hee sebagai majikannya. Cuitan itu dinyatakan untuk merespon foto yang tersebar antara Iriana beserta Kim yang berdiri bersebelahan dalam foto itu.
Dibalik kecantikan serta karakteristik dari penampilan yang dipertontonkan pada publik dunia, ternyata Kim Keon Hee sebagai Ibu Negara Korea Selatan tersebut diungkapkan memiliki beberapa kasus skandal yang sempat menjeratnya. Meski disamping itu juga sebenarnya dirinya juga kerap aktif dalam kegiatan positif yang lainnya yang membuatnya cukup baik dinilai sebagai Ibu Negara yang memiliki prestasi saat mendampingi suaminya sebagai Kepala Negara.
Sebab perlu kita ketahui, sebelum membahas siapa Kim Keon Hee dan hal apa saja yang membuatnya hanya terlihat cantik di luar. Alangkah lebih baiknya, kita ketahui terlebih dahulu penting serta pengaruhnya keberadaan Ibu Negara bagi ranah tatanegara serta bagi sorotan publik, terutama publik dunia. Berikut beberapa fungsi serta tugas dari Ibu Negara.
Ibu Negara memiliki fungsi peran yang harus dipenuhinya
Dalam hal ini, sederhananya seorang Ibu Negara memiliki fungsi peran sebagai dasar utamanya, yakni mendampingi suaminya dalam beberapa tugas kunjungan. Banyak orang yang menganggap bahwa kehadiran Ibu Negara pada momen-momen tersebut adalah suatu formalitas belaka. Beberapa orang bahkan menyebut keberadaan Ibu Negara tidaklah penting dalam perjalanan dinas Presiden melainkan menyebut keberadaannya sebagai salah satu pemborosan uang negara. Padahal sebenarnya, ada banyak hal yang dilakukan ibu negara saat di luar negeri, yang lebih dari sekedar mendampingi perjalanan suaminya.
Untuk mengetahuinya, paling tidak kita perlu tahu bagaimana kewenangan serta tugas apa yang dibebankan negara pada Ibu Negaranya sesuai dengan aturan atau regulasi hukum yang berlaku di Indonesia.
Dalam hal ini, secara formil, kedudukan dan kewenangan Ibu Negara Indonesia tidak diatur secara tegas meskipun dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 141 Tahun 1999 tentang Sekretariat Presiden dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 440 Tahun 2005 tentang Staf Khusus Presiden yang selanjutnya disebut Perpres tentang Staf Khusus Presiden tersebut menyatakan bahwa Ibu Negara masuk dalam pelayanan jajaran sekretariat Presiden yang bertugas memberikan pelayanan kerumahtanggaan, keprotokolan, dan pelayanan pers kepada Presiden dan Wakil Presiden.
Kemudian dalam Pasal 11A Perpres tentang Staf Khusus Presiden, menyatakan bahwa, ”Masing-masing Staf Khusus Presiden dibantu paling banyak tiga Asisten, yang satu di antaranya diperbantukan kepada Ibu Negara.”
Berdasarkan dua ketentuan tersebut kedudukan dan kewenangan Ibu Negara tidak jelas disebutkan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia namun tetap mendapat perbantuan dari sekretariat presiden. Secara umum dapat kita pahami bahwa Ibu Negara memiliki tugas untuk mendampingi Presiden saat menerima tamu dari Negara lain maupun kunjungan kenegaraan.
Sebuah tulisan yang diterbitkan dalam laman Independent menyebut konsep Ibu Negara sebagai warisan masyarakat feodal dimana seorang Raja dianggap sudah pasti didampingi seorang Ratu. Warisan seperti ini masih bertahan pada sistem pemerintahan modern baik model parlementer dengan perdana menteri maupun presidensial yang dipimpin oleh presiden. Di Amerika Serikat, kewenangan first lady tidak pernah ditetapkan dalam sebuah aturan formal, sama seperti di Indonesia. Namun, Ibu Negara lazimnya punya tugas untuk menemani perjalanan dinas sang suami di dalam maupun luar negeri, mengurus Gedung Putih/Istana Negara, dan tampil sebagai panutan bagi perempuan-perempuan di Amerika Serikat.
Dapat menjadi gudang memoar terkait kebesaran suaminya
Setelah masa jabatan suaminya berakhir, seorang Ibu Negara biasanya menerbitkan memoar atau kenangan-kenangan perjalanan karier suami dan pengalaman mendampinginya dalam autobiografi. Sebuah cerita Almarhum Ibu Ani Yudhoyono yang baru saja meninggalkan kita semua, ibu negara dari Presiden Indonesia ke-enam ini menuliskan rapi kisahnya menjadi Ibu Negara dalam bukunya yang berjudul 10 Tahun Perjalanan Hati.
Buku berjumlah 539 halaman ini, menceritakan kisah perjalanan almarhum lengkap dengan foto-fotonya. Dalam bukunya almarhum menceritakan bahwa dirinya selalu mencatat keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat saat mendampingi Presiden SBY menemui rakyatnya. Selain itu, almarhum menceritakan pengalaman selama masa hidupnya yang sangat aktif dalam menjalankan kebijakan program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera dan Indonesia Kreatif (PERKASSA) yang mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Kredit Mikro Indonesia hingga berujung pada diberikannya nobel perdamaian kepada almarhum.
Dapat menjadi pengaruh besar pengambilan keputusan Presiden
Di Indonesia, pernah diketahui bahwa pada zaman orde baru Almarhum Ibu Tien Suharto sebagai Ibu Negara saat itu ikut memegang peranan yang krusial karena beliau dapat dikatakan menjadi penasehat atau think-thank yang didengarkan oleh sang suami, Soeharto, Presiden Indonesia zaman orde baru.
Hal ini jelas menampik bahwa kedudukan dan kewenangan Ibu Negara hanyalah sebagai pendamping Presiden dan simbolis dalam hal penyambutan tamu negara saja, melainkan cukup banyak juga pada kenyataanya first lady yang mempengaruhi kebijakan suaminya. Oleh karenanya, peranan first lady secara tidak langsung di bidang politik atau sutradara balik layar sangat memungkinkan mempengaruhi kebijakan politik dalam suatu negara.
Saat almarhum menjadi Ibu Negara, beliau berperan dalam pengambilan keputusan terkait dengan permintaan THR (tunjangan hari raya) ganda dari dua staf kepercayaanya, yang salah satunya adalah Dr. Rusmono. Selain itu beliau juga berperan dalam pengambilan keputusan bersama dengan Menteri Kesehatan RI dan Yayasan Harapan Kita serta berbagai disposisi yang terkait dengan ketatanegaraan yang terangkum rapi bersama disposisi Presiden Soeharto.
Contoh lain juga datang dari Ani Yudhoyono yang juga menyatakan bahwa kebijakannya yang menunjukkan keberadaanya sebagai Ibu Negara adalah saat dirinya menginisiasi dan memimpin Gerakan Tanam dan Pelihara 10 Juta Pohon di Indonesia yang dilakukan oleh tujuh organisasi perempuan Indonesia pada 1 Desember 2007.
Namun, di lain sisi seorang Ibu Negara juga sama hal nya seperti seorang istri pada lazimnya, mereka harus tetap mentaati apa yang sudah menjadi keputusan suaminya sebagai seorang Presiden. Hal ini dapat diketahui pada Ibu Iriana Jokowi yang sempat menyinggung kedudukan dan kewenangannya menjadi Ibu Negara pada wawancara yang diadakan oleh salah satu acara terkemuka di tanah air, menariknya beliau menegaskan bahwa tugasnya hanyalah mendampingi Presiden dalam kunjungan-kunjungan kenegaraan, beliau tegas menyatakan bahwa mengenai proses pengambilan keputusan maupun kebijakan sama sekali bukanlah wewenang beliau, sehingga beliau menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden Jokowi tanpa campur tangan apapun.
Contoh lain juga dapat dilihat dari cerita Ibu Ani Yudhoyono yang menyatakan bahwa dirinya sempat bertanya kepada Staf Kepresidenan tentang tugas dan tanggung jawab Ibu Negara dan belum menemukan jawabannya, akhirnya dirinya pun bertanya kepada Presiden ke- 6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Lakukan saja apa yang dianggap positif dan inspiratif di dunia kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan budaya. Tidak boleh berbisnis, dan tidak boleh berpolitik praktis,” kata Ani menjelaskan jawaban SBY kala itu.
Hal ini secara praktis berarti memberikan arti, fleksibilitas kewenangan bagi Ibu Negara memang benar adanya. Namun, di satu sisi perlu diperhatikan bahwa penyandang gelar Ibu Negara berarti juga menyandang secara lengkap dengan tanggung jawab besar menjadi seorang ibu bagi negara tersebut.
Mengurus keluarga besar serta mengurus istana
Seorang presiden juga memiliki keluarga besar layaknya keluarga-keluarga yang lain. Seorang presiden tidak hanya mengatur serta mengurusi negara namun mereka juga memiliki keluarga yang harus diurus. Dalam hal ini, ibu negara memiliki peranan yang lebih dalam mengurus rumah tangga keluarga presiden mengingat suaminya memiliki tugas yang harus dijalankan sebagai kepala negara. Seperti yang disinggug di atas mengenai tugas Ibu Negara yang diembankan di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa istana atau White House secara penuh pula diberikan hak pengurusannya pada Ibu Negara. Hal ini juga tentu tak jauh berbeda dengan Indonesia.
Mengambil porsi kegiatan sosial dan yang lainnya
Tidak hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain, Ibu Negara juga sering megambil porsi kegiatan sosial. Ada banyak kegiatan sosial yang bisa dilakukan oleh Ibu Negara seperti halnya kegiatan perlindungan perempuan serta anak. Dalam hal ini, seorang Ibu Negara bisa membantu suaminya dalam menjalankan tugas negara. Seperti yang kita tahu, negara memiliki jumlah populasi yang cukup tinggi dan daerah-daerah kekuasaan yang begitu banyak. Tentu seorang presiden akan menjalankan tugasnya sebaik mungkin namun tidak semua tugas bisa dilakukan dengan sempurna. Dalam hal inilah seorang Ibu Negara bisa membantu tugas seorang bapak Presiden dalam menjalankan kewajibannya.
Bahkan dalam beberapa informasi, dikatakan bahwa beberapa Ibu Negara kerap aktif pada bidang yang memang mereka sukai. Sehingga totalitas pengelolaannya dapat lebih fokus dijalakan oleh Ibu Negara dibanding oleh Presiden. Seperti contoh, Ibu Negara Korea Selatan yang akan kita bahas di bawah ini, dirinya dikenal sebagai orang yang begitu menyukai seni, hingga hal itulah yang mengantarkannya kerap aktif dalam gelaran-gelaran acara seni di Korea Selatan.
Sesuai dengan apa yang telah dikatakan di atas, maka membahas Kim Keon Hee sebagai Ibu Negara yang dianggap begitu anggun dan stylish itu perlu kita cari tahu lebih dalam. Dikatakan dalam beberapa laman biografinya di internet, Kim lahir pada tahun 1972. Kim yang sejak kecil dinyatakan begitu menyukai dunia seni, akhirnya mengambil jurusan melukis di Universitas Kyonggi. Setelah itu, ketertarikannya pada dunia seni kemudian mengantarkannya untuk melanjutkan pendidikan dengan gelar masternya dalam pendidikan seni dan akhirnya mendapatkan gelar doktor dalam desain konten digital.
Tak hanya sampai di situ, Kim juga dikabarkan sempat membangun kariernya di industri seni dan desain, Kim juga pernah bekerja sebagai instruktur di sekolah dan universitas dan juga mendirikan perusahaan konten budaya Covana Contents pada 2007. Kim Keon Hee juga ternyata adalah seorang pengusaha yang menjalankan sebuah perusahaan perencanaan pameran seni. Dia mendirikan startup perencanaan pameran, COVANA Contents, pada 2009. Sejak itu, Kim memimpin perusahaan dan menyelenggarakan beberapa pameran seni dengan sukses.
Sebuah fakta menarik lain mengenai Ibu Negara berparas cantik ini justru cukup membuat aneh. Pasalnya, setelah berpuluh-puluh tahun menikah dengan suaminya sebagai Presiden Korea Selatan, Kim Keon Hee justru hingga kini masih tidak memiliki anak. Bahkan dalam beberapa pemberitaan mengabarkan bahwa Kim dan sang suami justru tinggal bersama empat ekor anjing dan tiga ekor kucing.
Hal inilah yang kemudian justru menjadi sangat aneh. Ketika Ibu Negara yang dituntut dapat menjadi ibu yang baik, ternyata dalam hal paling mendasar saja, Kim sebagai Ibu Negara tak memilikinya. Meskipun tak bisa dinafikkan bahwa Kim juga seorang wanita hebat dengan kemandiriannya, hal itu terbukti dengan bisis startup di bidang seni yang dikelolanya.
Selain daripada sisi baik serta sisi kecatikan yang disorot beberapa pihak, Kim ternyata sempat beberapa kali dikabarkan terjerat dalam beberapa kasus yang justru tak hanya merusak citranya, tetapi juga sekaligus secara otomatis merusak citra suaminya sebagai seorang Presiden. Berikut beberapa kasus yang berhasil kami kumpulkan sebagai tambahan informasi mengenai Ibu Negara berparas cantik tersebut.
Terbukti melakukan pemalsuan kredensial
Kim Keon Hee diketahui pernah terjerat kasus pemalsuan yang melibatkan dirinya sendiri. Naasnya, kasus pemalsuan tersebut ternyata dilakukannya sebanyak dua kali. Hal itu terjadi pada tahun 2007 dan 2013.
Dalam hal ini, kasus tersebut ternyata baru terkuak pada tahun lalu saat dirinya telah resmi menjadi Ibu Negara Korea Selatan. Saat itu dirinya dituduh telah melakukan pemalsuan secara kredensial pada pengalaman karirnya yang dicantumkan dalam resume yang diajukannya pada Universitas Suwon. Hal itu dilakukannya untuk menambah kesan baik dalam segi kinerja. Sebab saat itu dirinya dikatakan tengah mencoba melamar pekerjaan menjadi pengajar di universitas tersebut.
Selanjutnya, di tahun 2013 Kim juga melakukan hal yang sama. Bedanya, pada tahun ini dirinya mengirimkan resume dengan pemalsuan kredensialnya pada Universitas Anyang, untuk posisi yang sama, yakni pengajar.
Menurut salah satu sumber informasi di Korea Selatan, yakni Korea Herald menyatakan bahwa Kim telah mengakui hal tersebut. Dirinya juga meminta maaf atas kasus masa lalunya yang tak hanya memperburuk citranya yang tengah menjadi Ibu Negara, tetapi juga sekaligus merusak citra suaminya sebagai seorang Presiden. Akibatnya, Yoon sebagai seorang calon Presiden pada saat itu, harus kembali membangun citra baiknya yang telah dibangunnya selama ini dengan juga ikut meminta maaf pada masyarakat.
“Saya minta maaf karena membuat orang khawatir dengan kontroversi seputar istri saya,” kata Yoon Suk-yeol yang saat itu masih mejadi calon Presiden dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) pada Desember 2021 lalu, seperti dilansir fin dan Yonhap, Sabtu 19 November 2022.
“Saya menyatakan dengan jelas bahwa, terlepas dari alasannya, fakta bahwa kredensial yang dinyatakan secara tidak akurat dan menimbulkan kontroversi itu sendiri tidak sejalan dengan keadilan dan akal sehat yang saya khotbahkan,”
Terduga melakukan plagiarisme
Berlanjut pada kasus lainnya, sebagai seorang yang telah mendapatkan beberapa gelar akademik, Kim Keon Hee tentu dianggap sebagai orang yang layak menjadi Ibu Negara Korea Selatan. Pasalnya, dirinya merupakan wanita bergelar Phd di Universitas Kookmin.
Meski demikian, ternyata semuanya kembali terkuak dengan tuduhan-tuduhan baru yang justru datang menimpanya kala dirinya sudah resmi menjadi Ibu Negara. Tuduhan tersebut adalah mengenai plagiarisme. Kim yang telah mendapatka gelar Phd-nya dari Universitas Kookmin dituduh melakukan plagiarisme ketika membuat disertasinya kala itu. Beberapa tuduhan tersebut mengatakan bahwa Kim telah melakukan beberapa plagiarisme dalam tulisan-tulisan makalah ilmiahnya, serta pada tulisan disertasinya. Namun, dalam hal ini Universitas Kookmin tak tinggal diam. Mereka mencoba mencari bukti terkait tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa tak menemuka adanya bukti plagiarisme yang dituduhkan pada Ibu Negara berparas cantik tersebut.
Diduga melakukan manipulasi pasar saham
Sebagai wanita yang juga dikenal sebagai usahawan, dirinya sempat terjerat dugaan manipulasi pasar saham. Hal tersebut terjadi ketika Kim Keon Hee dicurigai terlibat dalam kegiatan ilegal manipulasi harga saham sebuah dealer mobil impor. Kasus manipulasi yang dilaporkan terjadi pada 2009 hingga 2012 itu masih dalam penyelidikan oleh Kantor Kejaksaan Distrik Seoul Pusat.
Kecurigaan terhadap Kim muncul setelah pihak berwenang menahan Kwon Oh-soo, ketua dan pemegang saham terbesar Deutsch Motors pada 2021. Kwon dituduh membocorkan informasi orang dalam untuk mendapatkan keuntungan dari pembelian saham dealer mobil BMW.
Kim Keon Hee terseret dalam skandal ini karena seorang pria yang diduga mengelola 1 miliar won milik Kim juga ditangkap karena bersekongkol dalam manipulasi harga saham tersebut. Akibat tuduhan ini, kontroversi terkait dirinya kembali menambah ketidakpercayaan masyarakat padanya.
Menyembunyikan jumlah harta kekayaannya
Dikenal sebagai Ibu Negara paling stylish, Kim Keon Hee tentu sempat terseret sebuah dugaan atas apa yang ditampilkannya pada penampilannya sendiri. Dalam hal ini, tepat pada Agustus 2022 Kim Keon Hee kembali dituduh telah melakukan pemalsuan atau kebohongan pada publik terkait jumlah harta kekayaannya sebagai Ibu Negara Korea Selatan.
Pasalnya, tepat pada dua bulan sebelumnya Kim sempat menemani suaminya yakni Presiden Yoon dalam sebuah kunjungan ke Spanyol. Hal yang menjadi sorotan dalam kunjungan tersebut justru kalung yang dikenakan oleh Kim saat itu. Kalung mewah yang menempel di lehernya banyak dipertanyakan orang. Pasalnya, banyak orang mentaksir bahwa harga kalung tersebut sangatlah mahal, hingga mencapai 62 Juta Won (sekitar Rp.725 Juta). Ditambah lagi, ternyata kalung tersebut tidak termasuk pada laporan properti dan harta kekayaan yang dimiliki oleh Kim sebagai Ibu Negara.
Akibat dari tuduhan serta dugaan tersebut, masyarakat kemudian mempertanyakan dari mana Kim membeli kalung semahal itu. Setelah mendapatkan banyak pertanyaan serta cibiran, barulah kemudian pihak dari Kantor Kepresidenan mengeluarkan pernyataan bahwa kalung tersebut didapatkan Kim dari kenalannya. Karena pernyataan tersebutlah yang justru pada akhirnya membuat Kim semakin dinilai tidak jujur oleh publik.
Ancam jurnalis
Kim Keon Hee juga dilaporkan pernah kembali menuai kontroversi akibat pernyataannya. Kim Keon Hee membuat pernyataan kontroversial di tengah pemilihan presiden Korea Selatan awal tahun ini setelah dia mengancam “memenjarakan semua reporter” yang mengkritik suaminya. Pernyataan itu disampaikan Kim setelah gagal dalam upayanya di pengadilan untuk menghalangi stasiun televisi yang menyiarkan rekaman percakapannya dengan seorang jurnalis.
“Jika saya berhasil sampai ke Gedung Biru, saya akan memenjarakan mereka semua,” kata Kim merujuk pada kantor kepresidenan, sebagaimana dilansir AFP.
Kontroversi ini pada akhirnya tidak mempengaruhi terpilihnya sang suami Yoon Suk Yeol sebagai presiden Korea Selatan. Serta untungnya, hingga saat ini belum ada jurnalis Korea Selatan yang dijebloskan ke penjara seperti ancaman Kim.
Dicap sebagai Ibu Negara paling stylish
Ibu negara Korea Selatan sebelumnya tidak banyak tampil ketika suaminya menjadi presiden. Bahkan media hampir tak pernah memberitakan mereka. Namun ini tidak berlaku untuk Kim Keon Hee. Dia malah senang mencuri perhatian lewat penampilannya.
Kim selalu tampil maksimal dalam berbagai kesempatan. Seorang ahli menuturkan selama ini ibu negara Korea Selatan biasanya menggambarkan kesederhanaan dan kesopanan dalam penampilan mereka. Sementara Kim Keon Hee menggambarkan citra yang berkelas, sophisticated, mandiri dan perempuan profesional. Tidak heran kalau dia dijuluki ibu negara Korea Selatan paling stylish.
Dari ulasan singkat di atas mengenai sisi lain seorang Kim Keon Hee, bisa kita simpulkan bahwa seorang Ibu Negara perlu memiliki karakteristik kuat yang dapat mencerminkan sikap ibu bagi rakyatnya. Sebab Ibu Negara adalah seorang yang mewakili sikap-sikap tersebut. Hingga pada akhirnya, bila seorang Ibu Negara masih banyak menuai kontroversi dan bukannya membantu berkontribusi bagi negara, maka beberapa hal seperti kritikan mau tak mau akan mereka tuai.
Tak hanya itu, citra baik yang telah dibangun oleh sang suami sebagai Presiden akhirnya perlu terus kembali dipupuk untuk dibenarka karena ulah istrinya sendiri. Hal ini juga membuktikan bahwa paras cantik serta penampilan stylish tak bisa dijadikan patokan untuk menilai seseorang, apalagi menilai Ibu Negara.