Kaesang, Pangeran Kerajaan Sang Penjual Pisang Goreng

Sebagai seorang presiden, disoroti dalam semua hal adalah hal yang sangat wajar. Tak hanya kebijakan, sikap, caranya berpolitik, latar belakang keluarganya, hingga seluk-beluk tentang kehidupan keluarganya pasti akan terus ditelusuri.
Rumor-rumor yang beredar di tengah masyarakat tentang seperti apa keluarga presiden itu, akan terus tumbuh setiap pergantiannya dari semua periode kepemimpinan yang telah dilewati oleh Indonesia.

Hal yang paling utama dalam menyoroti bagian keluarganya, adalah dinasti politik. Setiap presiden yang menjabat, pasti akan ditelusuri secara spontan oleh masyarakat, apakah keluarga presiden tersebut telah menggunakan dinasti politik atau tidak selama dirinya menjabat.

Dikutip dari wikipedia, Dinasti Politik adalah kekuasaan yang secara turun temurun dilakukan dalam kelompok keluarga yang masih terikat dengan hubungan darah, dengan tujuan untuk mempertahankan dan atau mendapatkan kekuasaan secara lebih mudah. Karena dinasti politik ini sangat mirip dengan sistem kerajaan, yang mana bila sang raja telah tiada, maka yang mewarisi tahtanya adalah anaknya.

Dalam kutipan yang lain juga diungkapkan, keluarga yang beberapa anggotanya terlibat dalam politik, terutama politik berbasis pemilihan umum, Anggota keluarga politik terikat lewat keturunan atau pernikahan.

Untuk mencegah adanya dinasti politik ini, DPR telah mengesahkan Undang-Undang yang baru yang melarang seseorang memegang jabatan tinggi selama lima tahun setelah masa jabatan kerabatnya selesai.

Dinasti politik ini perlu dicegah, menilai karena dinasti politik ini cenderung terlihat memonopoli kekuasaan. Mereka yang menjadikan lingkaran keluarganya sebagai orang-orang yang silih berganti memegang kekuasaan akhirnya membuat masyarakat geram melihatnya. Karena, bukan tak mungkin, lingkaran keluarga itu hanya bertujuan pada kekuasaannya saja, tanpa ada satu pun yang berniat mengabdi bagi bangsa dan negara.

Bagaimana tidak? Contoh dari dampak bahayanya dinasti politik ini sudah terjadi pada beberapa kesempatan. Sebut saja Asrun yang menjadi calon gubernur Sulawesi Tenggara, dan putranya, Adriatma Dwi Putra selaku wali kota Kendari.

Ayah dan anak ini terjerat kasus dugaan suap. Setelah sang ayah menyelesaikan tugasnya sebagai wali kota dan kembali maju sebagai calon gubernur, sang anak langsung mengisi jabatan yang ditinggalkan ayahnya.

Selain itu, di provinsi Banten, kasus Ratu Atut yang melibatkan adiknya, menunjukkan betapa kentalnya kekuasaan dinasti politik di Banten.

Atau dalam kasus lain seperti anak dari mantan Bupati Kutai Kartanegara – Syaukani Hassan, yakni Rita Widyasari yang terjerat kasus korupsi dan mengikuti secara langsung jejak ayahnya.

Kasus-kasus di atas menunjukkan betapa bahayanya dampak dari dinasti politik ini. Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan juga terlihat. Yakni lingkaran kekuasaan yang menjadi tujuan serta memperkaya keluarga sendiri yang mereka bisa dapatkan dari sebuah tahta.

Namun, dalam satu sisi, masyarakat juga sedikitnya bisa faham akan adanya dinasti politik ini. Karena siapa yang tak tergiur dengan peluang hebat itu. Mereka yang memiliki keluarga yang berkuasa atau sebut saja privilege rasanya nihil bila harus menyia-nyiakan hal tersebut. Suara yang mereka butuhkan dalam kontestasi politik akan lebih mudah mereka dapatkan. Karena paling tidak, masyarakat akan lebih mudah mengenali mereka karena terikat dengan kerabatnya yang telah menjadi penguasa.

Dalam hal ini juga, presiden ke-7 Indonesia saat ini, Jokowi Dodo, juga sempat ramai diperbincangkan perihal keluarganya yang dicap menggunakan dinasti politik. Karena pada pemilu kemarin, anak pertamanya, Gibran Rakabuming Raka mencalonkan diri sebagai wali kota Solo, meneruskan kepemimpinan ayahnya sepuluh tahun silam. Tak hanya anaknya, menantunya pun Bobby Nasution ikut mencalonkan diri sebagai wali kota Medan.

Anak dan menantu Jokowi ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Keduanya akhirnya dapat memenangi pemilihan serentak itu masing-masing. Hal ini tentu menjadi sorotan banyak pihak. Hal ini dianggap sebagai sebuah kegiatan dinasti politik yang dijalankan keluarga Jokowi. Padahal, beberapa pihak menyayangkan terjadinya hal ini. Karena baik Gibran maupun Bobby, sama-sama tidak mempunyai latar belakang politik. Hal inilah yang pada akhirnya dianggap bisa pengabdian yang sesungguhnya serta penempatan jabatan pada yang lebih mumpuni.

Namun, lagi-lagi masyarakat di negara demokrasi tak pernah bisa memilih secara bebas. Ikatan keluarga, kekerabatan, gelontoran uang untuk modal kampanye, popularitas yang lahir dari keluarganya yang terikat membuat masyarakat akhirnya lebih memilih mereka yang terikat dalam dinasti politik ketika menghadapi pemilihan.

Hal ini juga menimbulkan budaya serta stigma baru yang cukup buruk dalam berdemokrasi. Pasalnya, sebagian besar masyarakat bergantung pada siapa yang akan mereka pilih dengan melihat latar belakang keluarganya, uang yang mereka berikan pada masyarakat saat masa kampanye – dan pemilihan di TPS hanyalah sebuah syarat yang harus dipenuhi untuk ikut meramaikan pilkada.

Berangkat dari dinasti politik ini yang menarik dalam kasus dinasti politik keluarga Jokowi ini justru bukan terpilihnya Gibran ataupun Bobby. Melainkan, putra bungsunya, Kaesang yang malah mengurusi banyak bisnis dibanding memilih terjun ke dunia politik.

Apa yang telah dipilih Kaesang ini mengundang rasa penasaran, mengapa dirinya menyia-nyiakan hal tersebut dan tak mengikuti kakak kandung serta kakak iparnya.

Dalam sebuah video youtube yang diunggah Deddy Corbuzier dalam akun youtubenya pada program Podcast Corbuzier (21/9), Kaesang berbincang banyak dengan youtuber senior kawakan itu. Dalam video yang berdurasi nyaris satu jam itu, Deddy menanyakan pada putra bungsu presiden itu perihal mengapa dirinya tak terjun ke dunia politik.

Kaesang menjawab, bahwa dirinya tertarik terhadap politik, dia juga mengaku suka terhadap dinamika yang ada dalam politik. Namun, di sisi lain, dia juga tak mau terlibat keruwetan yang ada di dalamnya. “jadi ya saya lebih milih bisnis dulu sekarang ini.” Tambahnya.

Dalam perbincangan panjang itu juga, Deddy masih belum yakin Kaesang tak akan terjun ke dunia politik, yang membuat dirinya akhirnya bertanya kembali untuk meyakinkan rasa penasarannya. Pertanyaan yang ditujukan oleh Deddy tersebut dijawab kembali oleh Kaesang bahwa dirinya bukan tak tertarik dan bukan tak mungkin untuk terjun ke dunia politik. Namun, dia juga mengungkapkan bahwa untuk sementara ini dirinya masih belum mau untuk terjun langsung ke dunia politik.

Selain hal itu, perbincangan Kaesang dengan Deddy yang menjadi menarik adalah saat Deddy menanyakan mengapa bisnisnya hanya bisnis jualan pisang goreng. Deddy juga menambahkan bahwa netizen banyak yang curiga bahwa Kaesang ini sebenarnya mempunyai bisnis batu bara, namun dia sembunyikan.

Mendengar hal itu, Kaesang menjawab bahwa dirinya merasa lebih mudah mengurusi bisnis jualan makanan dari pada batu bara. Meskipun benar adanya, bahwa biasanya anak presiden itu jika menjadi pebisnis, maka akan memilih bisnis di bidang batu bara.

Kemudian, Deddy juga mengungkapkan bahwa Kaesang ini sebagai anak presiden akhirnya tetap mempunyai jalan yang enak untuk menjadi pebisnis, walaupun itu bisnis jualan pisang.

Dengan ungkapan itu, Kaesang mengakui secara langsung bahwa dirinya memang mempunyai privilege yang tak dimiliki banyak orang. “Saya beruntung” ungkapnya. Kaesang juga menambahkan kunci kesuksesannya bukanlah karena kerja kerasnya yang berpeluh keringat seperti ungkapan banyak motivator ulung di luar sana. Dia mengungkapkan bahwa, “kunci sukses saya ya karena ada bapak, yang pertama. Yang kedua, karena saya gak takut gagal. Toh kalaupun gagal, masih ada bapak kok yang nolongin.”

“makannya, saya gak mau ngisi seminar. Toh saya punya privilege, Om.” Ungkapnya pada Deddy dalam podcast tersebut.

Dia juga mengungkapkan bahwa dirinya pun sama memulai dari nol. Hanya saja, untuk melangkah dari nol ke seratus dan sekian itu, dirinya menggunakan jalan yang lebih mudah atau yang disebutnya “jalan tol”. Berbeda dengan dirinya, orang-orang harus berpeluh keringat untuk mendapatkan kesuksesan yang mereka mulai dari nol, karena mereka tak mempunyai privilege.

Melihat apa yang diperlihatkan Kaesang, kita masih belum bisa terlalu yakin bahwa dirinya tak akan terjun ke dunia politik. Namun, melihat bincang panjangnya dalam podcast Deddy Corbuzier itu, bisa dilihat bahwa dirinya adalah anak presiden yang mempunyai pendirian tinggi dan tak munafik, begitu ungkap Deddy.

Sosok Kaesang ini, sebenarnya bisa mendapatkan pujian hebat bila memang benar-benar dirinya itu mempunyai alasan-alasan dari pertanyaan masyarakat padanya itu, dan jika semuanya benar dengan apa yang diucapkannya. Kemudian, bila dirinya memang masih belum mau terjun ke dunia politik. Paling tidak, dirinya bukan orang yang tergiur dengan kekuasaan yang melingkupi keluarganya. Toh dia mengakui dirinya mempunyai privilege meski hanya jualan pisang, dengan predikat anak presiden, jualan pisang juga bisa membuat dirinya kaya. Tambahnya.

Bahkan dia juga mengaku bahwa dirinya lebih kaya dibanding bapaknya, ungkapnya dengan laga sedikit bercanda.