Jangkrik: Alternatif Pengganti Ikan dan Dedagingan

Sumber Gambar: Pexels.com/Miguel A Padri

Indonesia sering dijuluki sebagai negara maritim yang memiliki beranekaragam sumber daya seperti biota laut di dalamnya. Sumber daya laut yang terdiri dari berbagai jenis terutama dalam bidang perikanan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, baik dalam perekonomian maupun kesehatan. Namun, pada kenyataannya sebagian masyarakat hanya memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa menjaga kelestarian laut itu sendiri, contohnya membuang sampah plastik yang sulit terurai ke lautan, sehingga menyebabkan kandungan dalam biota laut terkontaminasi dengan mikroplastik dan dapat membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi.

Masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang berasal dari laut, terutama ikan. Sementara, tubuh manusia harus tetap terpenuhi dengan nutrisi yang cukup, berprotein, dan bergizi. Masyarakat dapat menggantikan peran biota laut seperti ikan dengan makanan hewani lainnya yang memiliki kandungan setara atau lebih baik dari ikan, salah satunya adalah jangkrik. Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa jangkrik hanya seekor serangga kecil yang hidup secara liar dan tidak layak dikonsumsi oleh manusia, biasanya sebagai pakan burung dan ikan saja. Padahal, kebermanfaatan jangkrik lebih dari sekadar pakan hewan, jangkrik memiliki peran besar yang  dapat menunjang kebutuhan hidup manusia.

Jangkrik merupakan salah satu jenis serangga yang masih memiliki hubungan dekat dengan belalang dan digolongkan sebagai hewan herbivora karena termasuk pemakan tumbuhan, yakni dedaunan hijau. Populasi jangkrik sangat berkembang di alam liar Indonesia dan memiliki banyak jenis diantaranya  jangkrik cendawang, jangkrik cliring, dan jenis lainnya. Jenis-jenis jangkrik tersebut dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Kini, jangkrik sudah mulai diminati sebagai salah satu hidangan makanan dalam kalangan masyarakat karena khasiatnya yang banyak. Selain itu, jangkrik dapat diolah sebagai dasar pangan manusia, seperti menggantikan peran kacang kedelai dalam pembuatan kecap.

Salah satu peternak serangga  yang memulai usahanya di daerah Cairns, Australia, yaitu Stirling Tavener menjelaskan bahwa serangga adalah makanan bernutrisi tinggi yang mengandung dua kali protein daging sapi, memiliki lebih banyak kalsium daripada susu, berisi zat besi tiga kali lebih banyak dari bayam, dan mempunyai sembilan asam amino.

Pendapat tersebut didukung oleh pendiri bisnis produk serangga, yakni Channy Sandhu yang menyatakan bahwa protein serangga merupakan protein bersih yang mudah dicerna sehingga baik untuk usus manusia. Skye Blackburn menjelaskan terkait pemanfaatan jangkrik, yakni apabila mengganti bahan dasar makanan seperti daging dengan jangkrik yang dijadikan sebagai sumber protein selama seminggu, maka hal itu sama dengan menghemat lebih dari 100.000 liter air dalam setahun.

Di Indonesia, pengonsumsian jangkrik masih sangat minim, sementara banyak negara lain yang sudah mengonsumsi dan menjadikannya sebuah ide bisnis. Padahal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan keputusan terkait hukum membudidayakan dan mengonsumsi jangkrik bahwa jangkrik merupakan hewan yang halal untuk dikonsumsi karena termasuk hewan bumi dan dengan syarat tidak menimbulkan bahaya. Keputusan MUI terkait jangkrik tersebut dapat menjadi pedoman bagi masyarakat atau LPPOM dalam memberikan sertifikat halal. Dengan demikian, tentunya jangkrik akan menjadi salah satu serangga yang semakin banyak diminati, dibudayakan, dan akan sangat dicari di pasaran.

Dari uraian di atas, menunjukan bahwa jangkrik merupakan salah satu jenis serangga yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia dari segi nutrisi seperti kalsium, kalium, omega 3, omega 6, dan kandungan lainnya. Jangkrik dapat menggantikan peran daging-dagingan dan ikan. Apalagi, pada saat ini terdapat berbagai isu terkait ikan yang terkontaminasi dengan mikroplastik. Oleh karena itu, jangkrik dapat menjadi alternatif dan strategi ketahanan pangan di Era Society 5.0. Penulis berharap dengan adanya esai ini dapat memberikan inisiatif kepada khalayak umum untuk memanfaatkan peluang budidaya jangkrik sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan dan mampu mendorong perekonomian dalam masyarakat. Selain itu, diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru mengenai salah satu jenis serangga yang memiliki potensi sebagai kekuatan pangan di masa sekarang dan mendatang.

Anggi Ariska Putri