
Diakui atau tidak bahwa karakter generasi muda akhir-akhir ini banyak mengalami kelunturan. Dewasa ini, baik di desa maupun di kota. Para anak muda lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan game online seperti Mobile Legend, PUBG, Free Fire dan lain sebagainya, sehingga mereka kurang mengedepankan moral, etika dan pembentukan karakter yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa ini.
Tentunya hal ini merupakan kegagalan pendidikan dalam menyikapi perubahan zaman yang tidak berpihak pada pembentukan karakter. Seakan-akan dalam dunia pendidikan karakter di Indonesia menjadi barang yang langka.
Selaras dengan yang ditulis oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2013) ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa dan ketiga adalah membangun karakter. Pada kenyataanya, saat ini salah satu dari tiga tantangan besar tersebut, yaitu membangun karakter masih menjadi pembicaraan dan masih diupayakan terus menerus untuk mencapai tujuannya.
Apakah Pendidikan Karakter merupakan hal yang baru dalam Pendidikan di Indonesia? Jawabannya tidak. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Ketiga hal tersebut sangat perlu dibutuhkan dan diperlukan bagi generasi bangsa, yang akan meneruskan perjuangan bagi bangsa Indonesia.
Jika ditelusuri lebih lanjut, akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, terletak pada hilangnya karakter. Saat ini Pendidikan Karakter menjadi kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Indonesia di tengah permasalahan yang membelit. Helen G. Douglas (dalam bukunya Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013) mengatakan karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan.
Menurut Redja Mudyahardjo (2014: 3) Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup. Sedangkan istilah karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Banyak sekali para pakar mendefinisikan karakter. Tapi penjelasan Ki Hajar Dewantara, bisa mewakili penjelasan yang lain. Menurut Ki Hajar, karakter terjadi karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh ajar.
Berdasarkan paparan tersebut, apakah upaya yang dibutuhkan dan dilakukan untuk membangun karakter anak Bangsa? Membangun karakter tentu membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara konsisten. Tentunya Pendidikan Karakter tidak hanya ada pada guru di sekolah, Pendidikan Karakter juga harus diajarkan sejak kecil oleh orang tua. Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa mungkin ada yang mengira, kalau seorang pengajar harus seorang yang berpengetahuan dan berpengalaman, karena mereka beralasan guru adalah orang yang harus “digugu” dan “ditiru”. Segala dugaan itu menurutnya adalah tidak benar, perlu dipahami bahwa pengajaran budi pekerti tidak lain artinya untuk menyongkong perkembangan hidup anak-anak lahir batin dari sifat kodratnya, seperti menganjurkan atau memerintahkan anak-anak untuk duduk yang baik, jangan berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lain, bersih badan dan pakaian, menghormati kedua orang tua, demikian seterusnya, itulah yang dimaksud pengajaran karakter atau budi pekerti.
Ki Hajar Dewantara, juga menyatakan terhadap anak-anak kecil cukuplah kita membiasakan mereka untuk bertingkah laku yang baik, sedangkan bagi anak-anak yang sudah dapat berfikir, seyogyanya diberikan keterangan-keterangan yang perlu, agar mereka mendapat pengertian dan keinsyafan tentang kebaikan dan keburukan pada umumnya.
IPNU sebagai organisasi keterpelajaran harus bisa menjadi wadah untuk Pendidikan karakter dalam masyarakat. Dimana karakter yang diterapkan dalam organisasi antara lain, sikap kekeluargaan, kerjasama, gotong royong, peduli, kepemimpinan dan tanggung jawab.
Sikap-sikap tersebut di dalam sebuah organisasi akan dilakukan secara real dengan melalui penyelenggaraan sebuah kegiatan atau acara, dimana didalamnya harus menerapkan sikap tersebut agar sebuah tujuan atau acara dalam IPNU terwujud dengan baik dan dengan otomatis seseorang yang mengikuti IPNU akan memiliki karakter dalam tubuh IPNU, entah itu berubah karakter seperti apa itu tergantung pada proses yang ia jalani saat mengikuti sebuah organisasi. Namun, pastinya adalah jiwa kepemimpinan, tanggung jawab dan saling peduli yang akan mereka pupuk agar menjadi sebuah kebiasaan yang baik dan karakter kepribadian.
IPNU memiliki beberapa metode dalam mengajarkan banyak hal kepada kadernya termasuk mengajarkan akhlak, diantaranya dengan keteladanan, ceramah, berkisah, diskusi, penugasan, dan metode lainnya. Upaya memperbaiki akhlak inilah yang pada pendidikan zaman modern disebut dengan beberapa istilah, diantaranya dengan istilah pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan karakter, dan istilah lainnya.
Berproses di IPNU dimulai dengan memasuki gerbang awal organisasi dengan cara ikut dalam Masa Kesetian Anggota (Makesta), dalam proses ini karakter anggota baru akan dibentuk menjadi religius dan diasah intelektualnya. Sehingga setelah menjadi anggota diharapkan mampu untuk tetap taat menjalankan kewajiban solat lima waktu dan berfikir kritis. Setelah Makesta pula menjadi awal untuk berproses lebih jauh dalam organisasi di IPNU. Makesta adalah gerbang awal untuk memasuki organisasi ini, anggota IPNU yang baru Makesta ditantang untuk mengkuti kegiatan dan pengkaderan berikutnya seperti Latihan Kader Muda (Lakmud), Latihan Kader Utama (Lakut) dan masih banyak lagi, tidak lain hanya untuk membentuk karakter baik untuk generasi mendatang yang terintegrasi pada nilai-nilai islam secara berkelanjutan.
Untuk itu diperlukan penerjemahan gerakan bersama-sama untuk menumbuhkan karakter seorang kader. Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari di manapun, penanaman nilai-nilai karakter dapat dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, meliputi:
Pertama, Literasi Pelajar. Literasi penting dimiliki oleh pelajar untuk mengembangkan kemampuan individu baik dalam akademis maupun non-akademis. Literasi juga sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan rutin ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca pelajar serta meningkatkan daya membaca. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai kebutuhan seorang kader. Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, dan auditori. Di abad 21 ini , kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Kedua, Pembiasaan. Pembiasaan adalah bagian penting dari proses penanaman karakter pada seorang kader. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena perbuatan dan tingkah laku terlihat dari kebiasaannya. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Mulai dari pembiasaan cara berkomunikasi yang baik, menajemen konflik, amaliyah NU. Hal semua itu tidak akan muncul kalau tidak dibiasakan.
Ketiga, Mengenalkan Tata Tertib IPNU dan Mematuhinya. Setiap organisasi tentu memiliki tata tertib atau peraturannya sendiri guna mencapai tujuan organisasi tersebut. Setiap pimpinan harus mensosisalisasikan tata tertib IPNU kepada pimpinan yang ada dibawahnya. Kader IPNU harus berjalan dengan tertib dan teratur, hal ini guna memperkuat organisasi dan dapat menjadi contoh untuk kepemimpinan IPNU selanjutnya, karena IPNU adalah organisasi yang bersifat kekaderan dan menjungjung tinggi estafet kepemimpinan. Setiap kader dan struktur organisasi yang mengaku profesional, harus mampu menunjukkan kemampuannya berdasarkan pengalaman dan kompetensinya untuk mentaati apa yang sudah menjadi ikhtiar Bersama. Menjadi bagian penting dalam penataan organisasi adalah ketaatan dan tertib dalam administrasi. IPNU merupakan organisasi besar yang memiliki aturan yang lengkap dan baik, namun kadang kala masih terdapat sebagain dari para pengurus, kader dan anggota yang lalai. Tidak akan maju sebuah organisasi tanpa ditopang dengan sistem dan tata kelola yang baik.
- IPNU Sebagai Penyedia Pendidikan Karakter Pelajar di Era Milenial - 7 Agustus 2021